..:: Selamat Datang Di Blog Yang Sederhana Ini ::..
Powered By Blogger

Rabu, 15 Juni 2011

Jadwal UAS.....

Jadwal UAS
Hhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaaaaagggggggggggggg -_-
Senin :
Ikhtiologi (07.30-08.30) Rk 3
Dasar-Dasar Budidaya (10.00-11.30) Rk 3
Selasa :
Bahasa Indonesia (11.30-13.00) Rk 3
Agama (14.31-16.00) Rk 3
PPKN (16.00-17.30) Rk 3
Rabu :
Pengantar THP (07.00-08.30) Rk 3
Oseanografi (10.00-11.30) Rk 3
Kamis :
Dasar-dasar Penangkapan (10.00-11.30) Rk 3
Ket : Tulisan Merah itu Bahaya Cooyyy……. cUma mo kase saran,Blajar bae2…. :/
Kalo tuLisan Hitam ……. SanTaiii Jo *86*
Kong kaLo Juma’at, Sabtu, Minggu/…………/ merdeKa NT……. :D

Selasa, 14 Juni 2011

Laporan Praktikum dasar dasar penagkapan


BAB I
PENDAHULUAN
I.1   Latar Belakang
Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut / tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan. Pentingnya pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan sudah tidak perlu diragukan untuk pukat cincin besar daerah penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang jauh yang kadang melakukan penangkapan mulai laut Jawa sampai selat Malaka dalam 1 trip penangkapan lamanya 30-40 hari diperlukan berkisar antara 23-40 orang. Untuk operasi penangkapannya biasanya menggunakan “rumpon”. Sasaran penangkapan terutama jenis-jenis ikan pelagik kecil (kembung, layang, selat, bentong, dan lain-lain).
Pentingnya pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan sudah tidak perlu diragukan untuk pukat cincin. Di daerah torosiaje, para nelayan juga sudah menggunakan pukat cincin untuk menagkap ikan. Dalam 1 trip penangkapan bisa mendapatkan 100 Kg ikan pada bulan September-Februari. Berdasarkan hasil survei yang kami lakukan di daerah Torosije, pendapatan rata-rata para nelayan bisa mencapai Rp.6.000.000 /thn.
Secara garis besar yang menjadi kajian utama adalah substensi nelayan suku bajo Torosiaje di pesisir Teluk Tomini. Sumber penyajian data yang utama yaitu nelayan-nelayan yang pekerjaan sehari-harinya yang menangkap ikan yang ada di pesisir teluk Tomini.
I.2   Tujuan dan Kegunaan Praktikum
1.      Kita bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan dari penggunaan alat tangkap khususnya purse seine (Pukat cincin).
2.      Mewawancarai langsung para nelayan yang menggunakan purse sein ketika menangkap ikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.1    Konstruksi Alat Tangkap
·         Bagian jarring
Nama bagian jaring ini belum mantap tapi ada yang membagi 2 yaitu “bagian tengah” dan “jampang”. Namun yang jelas ia terdiri dari 3 bagian yaitu:
1.   jaring utama, bahan nilon 210 D/9 #1”
2.   jaring sayap, bahan dari nilon 210 D/6 #1”
3.   jaring kantong, #3/4”
srampatan (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring. Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampatan (selvedge) dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang sama, yakni PE 380 (12, #1”). Sebanyak 20,25 dan 20 mata.
·         Tali temali
1.      tali pelampung : Bahan PE Ø 10mm, panjang 420m.
2.      tali ris atas : Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 420m.
3.      tali ris bawah : Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 450m.
4.      tali pemberat : Bahan PE Ø 10mm, panjang 450m.
5.      tali kolor bahan : Bahan kuralon Ø 26mm, panjang 500m.
6.      tali slambar : bahan PE Ø 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri 15m
·         Pelampung
Ada 2 pelampung dengan 2 bahan yang sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50 dipasang dipinggir kiri dan kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di tengah sebanyak 400 buah. Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat dibanding dengan bagian pinggir.
·         Pemberat
Terbuat dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat.
·         Cincin
Terbuat dari besi dengan diameter lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin ini dilakukan tali kolor (purse line).
I.2    Daerah Penangkapan
Purse seine dapat digunakan dari fishing ground dengan kondisi sebagai berikut :
1) A spring layer of water temperature adalah areal permukaan dari laut
2) Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air
3) Kondisi laut bagus.
I.3    Setting dan Hauling
Pada umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) sungguhpun ada juga yang menggunakan samping kapal. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
b) Pada operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
c) Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, density ; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam. Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan yang terkumpul diserok / disedot ke atas kapal.
I.4    Jenis-jenis Ikan Yang Ditangkap
            Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan.
 BAB III
METODE PRAKTIKUM
I.1    Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum dasar-dasar penangkapan ikan ini dilakukan di Perairan Torosiaje kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Untuk progam studi Manajemen sumberdaya perairan. Praktikum dilakukan pada hari Sabtu-minggu tanggal 4-5 juni 2011. Bentuk praktikum dasar-dasar penangkapan ikan ini yaitu wawancara langsung dengan nelayan tentang metode penangkapannya bagaimana dan alat serta kapal seperti apa yang digunakan.
I.2    Alat dan Bahan
Alat     :
1.   Mesin penggerak kapal
2.   Perahu / kapal
3.   Pukat cincin
4.   Lampu petromaks (jika oprasi pada malam hari)
Bahan  :
1.   Ikan yang menjadi hasil tangkapan
2.   Bahan bakar untuk kapal
I.3    Metode praktikum
II.10.1 Wawancara
            Teknik yang diterapkan dalam pendokumentasian substensi adalah wawancara yang terstruktur dengan adanya kuesioner. Kami mewawancarai seorang nelayan yang bernama pak Rifai pakaya yang tinggal di desa torosiaje yang merupakan warga asli dari suku bajo. Beliau menjadi nelayan untuk menhidupi 3 orang anggota keluarganya. Beliau sering melaut dengan 2 orang temannya yang juga berfropesi sebagai nelayan. Pak rifai sudah melaut sejak 16 tahun yang lalu, jadi bisa dibilang pak rifai sudah sangat berpengalaman dalam hal melaut. Modal awal diperoleh dari bantuan orang lain,yang terdiri dari kapal yang berukuran panjang 7 m, lebar 90 Cm, dan tinggi 50 cm. setiap trip pak rifai harus menyetorkan uang sebanyak Rp. 20.000 untuk melunasi modal yang diberikan untuk 1 unit alat tangkap beserta kapal. Alasan pak Rifai menggunakan alat tangkap purse saine yaitu menurut beliau ikan mudah ditangkap. Pada musim penangkapan ikan,pak Rifai bisa mendapatkan ikan sebanyak 100 kp/trip pada bulan September-Februari. Beliau mengatakan bahwa pengaruh lingkungan sangat besar terhadap pengoprasian alat tangkap ikan. Tingkat keterampilan nelayan sangat sangat diperlukan untuk pengoprasian alat tangkap ini. Tapi yang dikhawatirkan oleh pak rifai yaitu kecendrungan jumlah hasil tangkapan dari waktu kewaktu yang semakin menurun karena adanya persaingan dalam penentuan daerah pengkapan ikan.
II.10.2 Studi Pustaka
            Menurut Ekspedisi Geografi Indonesia (EGI)–BAKOSURTANAL, potensi sumberdaya yang ada dikerahkan untuk membangun agropolitan. Perikanan laut yang dipelopori suku Bajo di perkampungan Torosiaje adalah ikon yang berkembang sangat pesat, disamping tetap melestarikan sumberdaya lokal khususnya dibidang perikanan tangkap. Zona yang relatif terbatas di Dataran Pantai Pohuwato dataran yang terbentang dari Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagain besar tadinya merupakan daerah rawa dan zona pasang-surut. Hingga sekarang, di bagian selatan, masih didapati rawa-rawa bakau (mangrove) yang luas, yang sebenarnya merupakan rumah bagi burung endemis Wallacea, burung maleo.
II.10.3 Data Primer dan Data Sekunder
ü  Data Primer
Adapun data primer yang diperoleh langsung dari nelayan yang telah kami wawancarai. Adapun yang dimaksudkan dngan data primer yaitu adanya dokumentasi berupa photo yang diperoleh langsung dari nelayan yang ada di desa torosiaje kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato profinsi Gorontalo.
ü  Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh yaitu Torosiaje terletak di Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, kurang lebih 300 km ke arah barat kota Gorontalo. Saat ini Desa Torosiaje laut memiliki jumlah penduduk mencapai 1027 jiwa dan semua kepala keluarga berfrofesi sebagai nelayan. Data ini diperoleh dari Buku Ekspedisi Geografi Indonesia Gorontalo, BAKOSURTANAL.
BAB IV
HASIL DAN PEBAHASAN
I.1     Konstruksi Alat Tangkap
Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut/ tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.
I.2    Daerah Penangkapan
Biasanya para nelayan di torosiaje pergi ketengah laut untuk menagkap ikan, sama halnya dengan yang dilakukan oleh pak Rifai  dan 2 nelayan yang membantunya. Biasanya pak Rifai pergi melaut untuk menagkap ikan (Cakalang, Katsuwonus pelamis) turiga dalam bahasa Bajo atau dalam bahasa Gorontalo yaitu ikan buyu.
I.3    Seting dan hauling
Teknik penangkapan yang sering digunakan oleh pak rifai ± sama dengan teknik penangkapan ikan dengan menggunakan pukat cincin pada umumnya. Hanya saja yang membedakan yaitu fishing day atau hari yang digunakan untuk menangkap ikan.
Urutan operasi dapat digambarkan sebagai berikut : Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang. Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam. Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan yang terkumpul diserok/ disedot ke atas kapal.
I.4    Jenis-jenis Ikan Yang Tertangkap
Nama Bajo
Nama Bahasa Gorontalo
Nama Bahasa Indonesia
Genus
Spesies
Turiga
Dehu/Buyu
Cakalang
Katsowonus
K.Pelamis
Duppo
Bulala’o
Ikan Belanak
Mugil
M.chepanus
Sunu
Lodi
Geropa kuning
Chepalopolis miniata
C.sp
Mangilala
Tabu lo bongo patihu
Baronang Batu
Siganus
S.javus

 BAB V
PENUTUP
I.1    Kesimpulan
Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk nana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Teknik penangkapan ikan menggunakan purse seine (pukat cincin) pada nelayan di suku bajo ± sama dengan teknik penangkapan yang dilakukan pada umumnya. Namun yang membedakannya yaitu fishing day atau jumlah hari yang digunakan dalam oprasi penangkapan. Pak Rifai (Nelayan di suku bajo) hanya melaut 1 hari/trip. Dengan menggunakan purse saine,pak rifai bisa mengantongi keuntungan sebesar Rp. 6.000.000/thn.
I.2    Saran
Secara lokal, para nelayan masih bersifat tradisional. Hanya beberapa nelayan yang sudah menggunakan alat tangkap yang moderen. Jadi diharapkan kepada pemerintah agar memberikan pengetahuan kepada nelayan sekitar tentang kemajuan teknologi, namun harus tetap mengacu pada undang undang Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan. Bisa dilihat pada pasal 3 yaitu pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudi-daya kecil. Disamping itu harus tetap memperhatikan pasal 9 yaitu setiap orang dilarang memiliki, menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat tangkap ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan.

 DAFTAR PUSTAKA
Bachri, S., Sukido, dan N. Ratman (1993), Peta Geologi Lembar Tilamuta, Sulawesi, skala 1:250.000, Puslitbang Geologi, Bandung.
Au. Ayodya. DASEN FAKULTAS PERIKANAN. Cetakan Pertama. Penerbit :
Yayasan Dewi Sri. IPB. Bogor.
Waluyo Subani dan H.R Barus.1989.ALAT PENANGKAPAN IKAN DAN
UDANG LAUT DI INDONESIA. Balai Penelitian Perikanan

Lampiran :
  
                      Penginapan Di torosije                                   
 

                                                         Si boLang dari MSP a.

Senin, 04 April 2011

Dasar dasar budidaya

Dasar-dasar Budidaya
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1      Latar Belakang
Sumber daya alam di Indonesia cukup melimpah dan luas termasuk dalam bidang kelautan dan perikanan, namun dalam pemanfaatan dan pengelolaan yang kurang optimal mengakibatkan banyak penangkapan dan penjaraan secara liar. Potensi perairan di Negara kita jika di ambil terus-manerus, maka lama-kelamaan akan habis. Menanggulangi hal  tersebut, sekarang lagi diupayakanpembudidayaan perairan di Negara kita pemanfaatan sumber daya perairan yang optimal sangat di perlukan.
Untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar di dunia tahun 2015, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KemenKP) akan menggenjot peningkatan produksi perikanan budidaya hingga 353 %, yaitu dari 5,37 juta ton pada tahun 2010 menjadi 16,9 juta ton pada tahun 2014. dalam pengembangan budidaya harus tetap menerapkan Cara Budidaya Ikan Yang Baik (CBIB) atau Good Aquaculture Practices (GAP) agar memenuhi jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai yang dipersyaratkan oleh pasar global. Selain itu, pelestarian lingkungan juga harus menjadi prasyarat utama.
Overfishing adalah sebuah istilah dalam bahasa Inggris untuk menjelaskan penangkapan ikan secara berlebihan. Fenomena ini merupakan ancaman bagi berbagai spesies ikan. Pada tanggal 15 Mei 2003, jurnal Nature melaporkan bahwa semua spesies ikan laut yang berukuran besar telah ditangkap berlebihan secara sistematis hingga jumlahnya kurang dari 10% jumlah yang ada pada tahun 1950. Penulis artikel pada jurnal tersebut menyarankan pengurangan penangkapan ikan secara drastis dan reservasi habitat laut di seluruh dunia.
Guna mengatasi keadaan ini, maka pengembangan budidaya perairan merupakan alternatif yang cukup memberikan harapan. Hal ini didukung olehpotensi alam Indonesia.Budidaya ikanberpeluang besar menjadi tumpuan bagi sumber pangan hewani di masa depan. Maka dari itu perlu diketahui atau dipelajari jenis jenis spesies akuakultur dan cara untuk membudidayakannya. 
I. 2 Tujuan

1.      Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah  Dasar-dasar budidaya
2.      Untuk mengetahui lebih dalam materi tentang spesies akuakultur yang sudah komersil.
3.      Teknik budidaya udang windu dan ikan mas

BAB II
PEMBAHASAN
Ikan pertanian adalah bentuk utama dari budidaya , sementara metode lain bisa masuk ke dalam budidaya laut . Ikan pertanian melibatkan budidaya ikan secara komersial, biasanya untuk konsumsi manusia.
Ø 10 Spesies komoditas akuakultur yang sudah komersil :
1.      Ikan Patin
Klasifikasi ikan patin adalah sebagai berikut:
Ordo: Ostarioplaysi.
Subordo: Siluriodea.
Famili: Pangasidae.
Genus: Pangasius.
Spesies:Pangasius pangasius
2.      Ikan Nila
Kerajaan:Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Osteichtyes
Ordo:
Perciformes
Famili:
Cichlidae
Genus:
Oreochromis
Spesies:Oreochromis niloticus
3.      Ikan tuna
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
4.      Ikan kerapu
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Upafamili:
Epinephelus
5.      Ikan Lele
Kerajaan:Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Siluriformes
Famili:
Clariidae
Genus:Clarias
Scopoli, 1777
6.      Ikan Gurami
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
O. goramy
7.      Ikan Arwana (Arowana fish)
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
S. formosus
8.      Ikan Mujair (Mozambique tilapia)
Kerajaan:Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Actinopterygii
Ordo:
Perciformes
Famili:
Cichlidae
Genus:
Oreochromis
Spesies:O.mossambicus


9.      Udang windu
Udang ini telah dibudidayakan sejak akhir tahun 70-an. Masalah utama yang dihadapi budi daya udang windu dewasa ini adalah serangan penyakit yang hingga, kini masih sukar diatasi dan pencemaran lingkungan. Salah satu tujuan pentokolan di laut adalah untuk mengurangi mortalitas akibat serangan penyakit pada tahap awal budi daya.
Famili : Penaeidae
Spesies : Penaeus monodon 
Nama dagang : tiger shrimp

ü  Pertumbuhan dan perkembangan
udang windu mulai dewasa pada umur 18 bulan. Udang yang telah matang telur dapat dilihat dari gonadnya yang berwarna hijau di bagian punggungnya, dari mulai bagian kepala hingga pangkal ekor. Udang jantan dapat dengan mudah dibedakan dari betinanya dengan pengamatan alat kelaminnya. Udang jantan memiliki petasma yang terletak pada pasangan kaki renang pertama. Sementara itu, betina memiliki thellycum yang terletak di antara pasangan kaki jalan ke 5. Pada saat memijah, udang jantan akan memasukkan sperma ke dalam thellycum dengan bantuan petasma-nya segera setelah udang betina berganti kulit. Udang windu memiliki daur hidup dimulai dari telur yang telah dibuahi akan menetas menjadi larva pertama yang disebut nauplius (N). Nauplius terdiri dari 6 substadia, yaitu nauplius I—VI. Larva tersebut kemudian akan bermetamorfosa menjadi zoea (Z) yang terdiri dari 3 substadia, yaitu Z I—Z III. substadia berikutnya adalah mysis (M) 1-111 vane, pada saatnya akan bermetamorfosa menjadi post larvae (PL). Udang windu mulai ukuran PL 8 sudah banyak yang dijual ke petambak sebagai benur. Pentokolan benur windu dari PL-12 dilakukan selama dua minggu sampai satu bulan. Stadia berikutnya adalah juwana dan dewasa. Udang laut yang memiliki toleransi tinggi terhadap faktor lingkungan adalah udang windu. Udang ini dapat hidup dan tumbuh dengan cepat pada salinitas air tawar hingga 35 ppt. Namun demikian, salinitas optimal bagi kehidupan dan pertumbuhannya antara 15-25 ppt. Udang windu juga memerlukan lingkungan perairan dengan kisaran suhu 28-30 derajat celcius, kadar oksigen terlarut antara 4-7 mg/l, dan bebas dari basil metabolisme, khususnya NH3 dan H2S serta cemaran lainnya. Kadar aman NH 3-N bagi PL 30-50 adalah 0,15 mg/l. Sementara itu, bagi udang muda dan dewasa masing-masing kadar tertingginya o,1 mg/l dan o,08 mg/l.
ü  Teknik Budidaya
a.      Pemilihan lokasi budidaya
Pantai merupakan daerah terendah dari suatu aliran sungai. Akibatnya, kualitas air tawardi daerah hilir atau di lokasi tambak menjadi rawan terhadap pengaruh negatif dari daerahhulu, seperti endapan sedimen, hanyutan peptisida, dan polutan industri atau polutanrumah tangga. Dengan kata lain, pengelolaan air yang tidak baik di daerah hulu dapatberakibat buruk pada daerah hilir. Persoalan ini menunjukkan bahwa pengelolaan daerahpantai tidak dapat dipisahkan dari pengelolaan daerah hulu. Karena itu pembangunantambak budidaya udang windu hendaknya didukung oleh persyaratan seperti berikut ini.
·         Tambak dibangun di luar wilayah padat penduduk dan industri
·         Lokasi tambak bukan kawasan hutan suaka alam, hutan wisata, dan hutan
Produksi.
·         Tambak memiliki sumber air yang memadai, baik kuantitas maupun kualitasnya.
·         Tambak memiliki saluran irigasi yang memenuhi syarat agar air tersedia secara teratur, memadai, dan terjamin.
·         Sumber air tawar tidak berasal dari air tanah (sumur bor) karena penggunaan airtanah dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerugian, yakni terjadinya instrusi airlaut (peresapan air laut ke perairan tawar) yang menyebabkan terjadinva penurunan permukaan tanah.
b.      Pemilihan Induk
Induk betina yang dipilih harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Berat lebih dari 50 gram
2.      Kandungan telur tinggi
3.      Sudah matang telur (terlihat dari warna abu-abu di punggung)
4.      Bentuk tubuh normal, tidak cacat
5.      Bersih dari kotoran dan parasit.
Sedangkan persyaratan induk jantan adalah sebagai berikut:
1. Berat lebih dari 40 gram
2. Kaki jalan kedua tidak terlau besar
3. Tidak agresif
4. Bentuk tubuh normal, tidak cacat
5. Bersih dari kotoran dan parasit
            Di alam, udang windu muda banyak ditemukan di perairan payau dengan salinitas rendah,seperti di muara sungai tempat pertemuan antara air laut dan air tawar. Setelah dewasakelamin, udang windu akan menuju perairan laut dalam yang kondisi airnya jernih dan tenang dan menjadikan tempat tersebut untuk berkembang biak. Kondisi yang demikianjuga diperlukan jika udang windu dipijahkan di luar habitat aslinya, misalnya di tempatpembenihan (hatchery) udang windu. Pemijahan udang windu sebenarnya tidak jauh berbeda dengan pemijahan ikan.
Udang windu akan matang kelamin pada umur 1,5 tahun dan siap melakukan tugasnyauntuk berkembangbiak. Pada saat itu, berat tubuhnya mencapai 90-120 gram/ekor.Perkawinan udang windu umumnya berlangsung pada malam hari. Ada kecenderungan,pada saat bulan purnama terjadi pemijahan massal udang windu yang sudah matangkelamin. Pemijahan terjadi tatkala udang jantan mengeluarkan spermatozoa dari alat kelaminjantan (petasma) kemudian memasukannya ke dalam alat kelamin (telichum) udangbetina. Setelah terjadi kontak langsung, induk betina akan nengeluarkan set telur sehinggaterjadilah pembuahan. Telur hasil pembuahan ini akan melayang di dasar perairan lautdalam. Selanjutnya, telur yang sudah menetas akan menjadi larva yang bersifat planktonik(melayang) dan akan naik ke permukaan air. Dalam satu kali musim pemijahan, seekorinduk betina menghasilkan telur sebanyak 200.000-500.000 butir. Setelah telur menetas, larva udang windu mengalami perubahan bentuk beberapa kali seperti berikut ini.
a.      Periode nauplius atau periode pertama larva udang. Periode ini dijalani selama 46-50 jam dan larva mengalami enam kali pergantian kulit.
b.      Periode Z oea atau periode kedua. Periode ini memerlukan waktu sekitar 96-120 jam dan pada saat itu larva mengalami tiga kali pergantian kulit.
c.       Periodem ysis atau periode ketiga. Periode ini memerlukan waktu 96-120 jam dan larva mengalami pergantian kulit sebanyak tiga kali.
d.      Periode post larva (PL) atau periode keempat. Udang windu mencapai sub-stadiumpost larva sampai 20 tingkatan. Ketika mencapai periode ini, udang lebih menyukaiperairan payau dengan salinitas 25-35 ppt.
e.      Periode juvenil atau periode kelima. Juvenil merupakan udang muda yang menyukai perairan dengan salinitas 20-25 ppt.
f.        Periode udang dewasa. Periode ini berlangsung setelah periode juvenil hinggaudang siap berkembang biak. Setelah matang kelamin dan matang gonad, udangdewasa akan kembali ke laut dalam untuk melakukan pemijahan. Udang dewasamenyukai perairan payau dengan salinitas 15-20 ppt.

ü  Pakan
Udang windu merupakan pemakan detritus dan benthos (mahluk yang hidup dasar perairan). Pakan buatan berbentuk pelet yang berkadar protein tinggi (40-42%). Adapun pemberian pakan dalam KJA berupa pelet. komersial dengan dosis menurun sesuai dengan bobot total/hari, yaitu :
1.      hari ke-1 sampai hari ke-6 sebesar 50%;
2.      hari ke-6 sampal hari ke-15 sebesar 25%;
3.      hari ke-16 sampai hari ke-25 sebesar 8%;
4.      hari ke-26 sampai hari ke-36 sebesar 6%;
5.      dan hari ke-36 sampai hari ke-42 sebesar 5%.
            Frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari, yaitu pukul 07.00, 12.00,17.00, dan 22.00. Produksi tokolan terbaik di KJA laut diperoleh pada masa pemeliharaan 15-30 hari dengan sintasan mencapai 73%.



10.  Ikan  Mas
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawarberbdan  memanjang pipih kesamping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum  masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan  mas yang terdapat di Indonesia merupakan  ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Ikan mas Punten dan  Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia. Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologisnya.
      Ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di perairan tawar yang airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti di pinggiran sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup baik di daerah dengan ketinggian 150--600 meter di atas permukaan air laut (dpl) dan pada suhu 25-30° C. Meskipun tergolong ikan air tawar, ikan mas kadang-kadang ditemukan di perairan payau atau muara sungai yang bersalinitas (kadar garam) 25-30%o.
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
ü  Pertumbuhan dan perkembangan
      Siklus hidup ikan mas dimulai dari perkembangan di dalam gonad (ovarium pada ikan betina yang menghasilkan telur dan testis pada ikan jantan yang menghasilkan sperma). Sebenarnya pemijahan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun dan tidak tergantung pada musim. Namun, di habitat aslinya, ikan mas Bering memijah pada awal musim hujan, karena adanya rangsangan dari aroma tanah kering yang tergenang air. Secara alami, pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar. Menjelang memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, seperti tanaman air atau rerumputan yang menutupi permukaan air. Substrat inilah yang nantinya akan digunakan sebagai tempat menempel telur sekaligus membantu perangsangan ketika terjadi pemijahan. Sifat telur ikan mas adalah menempel pada substrat. Telur ikan mas berbentuk bulat, berwarna bening, berdiameter 1,5-1,8 mm, dan berbobot 0,17-0,20 mg. Ukuran telur bervariasi, tergantung dari umur dan ukuran atau bobot induk. Embrio akan tumbuh di dalam telur yang telah dibuahi oleh spermatozoa. Antara 2-3 hari kemudian, telur-telur akan menetas dan tumbuh menjadi larva. Larva ikan mas mempunyai kantong kuning telur yang berukuran relatif besar sebagai cadangan makanan bagi larva. Kantong kuning telur tersebut akan habis dalam waktu 2-4 hari. Larva ikan mas bersifat menempel dan bergerak vertikal. Ukuran larva antara 0,50,6 mm dan bobotnya antara 18-20 mg. Larva berubah menjadi kebul (larva stadia akhir)  Dalam waktu 4-5 hari. Pada stadia kebul ini, ikan mas memerlukan pasokan makanan dari luar untuk menunjang kehidupannya. Pakan alami kebul terutama berasal dari zooplankton, seperti rotifera, moina, dan daphnia. Kebutuhan pakan alami untuk kebul dalam satu hari sekitar 60-70% dari bobotnya. Setelah 2-3 minggu, kebul tumbuh menjadi burayak yang berukuran 1-3 cm dan bobotnya 0,1-0,5 gram. Antara 2-3 minggu kemudian burayak tumbuh menjadi putihan (benih yang siap untuk didederkan) yang berukuran 3-5 cm dan bobotnya 0,5-2,5 gram. Putihan tersebut akan tumbuh terus. Setelah tiga bulan berubah menjadi gelondongan yang bobot per ekornya sekitar 100 gram. Gelondongan akan tumbuh terus menjadi induk. Setelah enam bulan dipelihara, bobot induk ikan jantan bisa mencapai 500 gram. Sementara itu, induk betinanya bisa mencapai bobot 1,5 kg setelah berumur 15 bulan. Induk-induk ikan mas tersebut mempunyai kebiasaan mengaduk-aduk dasar perairan atau dasar kolam untuk mencari makanan.
ü  Teknik budidaya :
a)      Penyiapan Sarana dan Peralatan
*      Kolam
            Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air dan bebas banjir. Kolam
dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5% sehingga memudahkan pengairan  kolam secara gravitasi.
v  Kolam pemeliharaan induk
            Luas kolam tergantung jumlah induk dan intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak. Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas 150-200 meter persegi saja.
v  Kolam pemijahan
            Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m2 dengan 18 buah ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah
pembuangan, untuk menjamin agar dasar kolam dapat dikeringkan.
v  Kolam pendederan
            Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu pendederan pertama dengan luas 25-500 m2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m2 per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan penangkapan benih. dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak penyaringan.
*      Peralatan
            Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha pembenihan ikan mas diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser, ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar (kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak dekat), kekaban (untuk tempat penempelan  telur yang bersifat melekat), hapa dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk
menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
*      Persiapan Media
            Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan, pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan adalah pengeringan  kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis 50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan  pupuk buatan yang berupa urea dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/meter persegi.
b)     Pembibitan
v  Pemilihan Bibit dan Induk
            Usaha pembenihan ikan mas dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara tradisional, semi intensif dan secara intensif. Dengan  semakin meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya teknologi pembenihan maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang berkualitas baik. Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung pada kondisi alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranya pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan teknik pembunuhan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan pemurnian kualitas induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu dilakukan penyeleksian terhadap induk ikan mas.
§  Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk betina unggul yang sudah matang untuk dipijah adalah sebagai berikut:
a.      Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan berat berkisar 2 kg/ekor;
b.      Jantan: umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar 0,5 kg/ekor.
c.       Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat.
d.      Tutup insan normal tidak tebal dan bila dibuka tidak terdapat bercak putih;  panjang kepala minimal 1/3 dari panjang badan; lensa mata tampak jernih.
e.      Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
f.        Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang pangkal ekor harus lebih panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.
§  Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan  induk jantan dan  induk betina adalahsebagai berikut:
a.      Betina
 
  Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
  Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
  Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
b.     
Jantan

  Badan tampak langsing.
  Gerakan lincah dan gesit.
  Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.Sistim kawin suntik.

c)      Pemijahan
v  Pemijahan dengan sistim kawin suntik
Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise ke dalam tubuh ikan. Kelenjar  hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor (berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana yang lengkap dan perawatan yang intensif.
v  Pemeliharaan Bibit/Pendederan
            Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan. Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1)      Tahap I: umur benih yang disebar sekitar 5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.
2)      Tahap II: umur benih setelah tahap I selesai; jumlah benih yang disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 3-5 cm.
3)      Tahap III: umur benih setelah tahap II selesai; jumlah benih yang disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
4)      Tahap IV: umur benih setelah tahap III selesai; jumlah benih yang disebar=3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
5)      Perlakuan dan Perawatan Bibit Apabila benih belum mencapai ukuran 100 gram, maka benih diberi pakan pelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot total benih yang diberikan 4 kali sehari selama 3 minggu.
d)     Pemeliharaan Pembesaran
           Pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan secara  Monokultur pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan terbaik. Dan pada sistem ini dilakukan pemisahan antara induk jantan dan betina.


1)      Pemberian Pakan
Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan pemberian pakan buatan. Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan yang cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari. Setelah larva tidak menempel pada kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban diangkat dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning telur rebus untuk 100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat suspensi (1/4 liter air untuk 1 butir), kuning telur diremas dalam kain kemudian diberikan pada benih, perawatan 5-7 hari.
2)      Pemeliharaan Kolam/Tambak Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang tidak boleh terabaikan adalah menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup stabil dan bersih serta tidak tercemari/teracuni oleh zat beracun.
e)      Pemanenan Hasil Pembesaran
      Untuk menangkap/memanen ikan hasil pembesaran umumnya dilakukan panen total. Umur ikan mas yang dipanen berkisar antara 3-4 bulan dengan berat berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total dilakukan dengan cara  mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.


BAB III
PENUTUP

III. 1          Kesimpulan
     Dengan adanya luas perairan umum di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi pengembangan usaha perikanan di Indonesia. Salah satu komoditi ikan  yang potensial dan sudah dapat  dibudidayakan diantaranya adalah ikan patin, ikan nila, ikan lele, ikan tuna, ikan gurami, ikan mas, ikan mujair, ikan kerapu, ikan arwana dan udang windu.

III. 2          Saran
     Diharapkan kepada dosen pengajar untuk menjelaskan lebih jelas lagi materi tentang DASAR – DASAR BUDIDAYA  agar kami mahasiswa/i lebih paham lagi.


  
DAFTAR PUSTAKA

DAMANA, Rahman. 1990. Pembenihan Ikan Mas Secara Intensif dalam
Sinar Tani. 2 ,Juni 1990 hal. 2
Agus Rochdianto, 2005. Analisis Finansial Usaha Pembenihan Ikan Karper (Cyprinus carpio Linn) di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Skripsi S1 FE, Universitas Tabanan